Senin, 01 Agustus 2016

10 Mitos Psikologi




1. Sebagian besar orang hanya menggunakan 10% kekuatan otak mereka.
Sumber: www.reviveactive.com
Nah, ini nih mitos psikologi yang seriiing banget ku dengar dan kayaknya sudah dipercaya kebenarannya oleh sebagian besar kalangan akademisi di Indonesia. Well, mungkin karena fakta ini cukup ‘menggembirakan’ dan menenangkan bagi kita. Dengan adanya pernyataan ini, kita mulai ‘bisa mengerti’ apa perbedaan antara kita dan Einstein, tapi di sisi lain juga merasa optimis kita masih punya kemampuan untuk mengembangkan 90% kemampuan otak kita. Benar gak?
Menurut Empat Serangkai (penulis buku maksudnya), mitos ini salah besar. Buktinya adalah, kalo kita kecelakaan, terus kita kehilangan 90% kemampuan otak dan menyisakan 10% saja, apa otak kita masih bisa bekerja? Well, tentu saja tidak, anak kecil juga tahu. Selain itu, mitos ini sebenarnya pertama kali dicetuskan oleh William James, namun kata-katanya dipelintir para ahli. Yang James katakan adalah , “Rata-rata orang hanya menggunakan 10% kemampuan intelektual mereka.” Lalu kata-kata kemampuan intelektual diubah menjadi kemampuan otak. Begitulah XD

2. Masa remaja tak dapat dielakkan lagi merupakan masa kekacauan jiwa
Sumber: www.aamft.org
Nah, ini neh favoritnya para sutradara persinetronan di Indonesia. Menampilkan kisah anak muda sekolah yang sedang gamang dengan kehidupannya dan mulai melakukan banyak hal dalam rangka proses pencarian jati diri. Tapi, apakah itu benar?
Empat serangkai mengatakan kalo stereotip semacam itu, sebenarnya ditimbulkan oleh banyaknya perfilman dan drama yang mengisahkan tentang problema para remaja yang penuh dengan pemberontakan, terutama kepada keluarga. Namun justru inilah yang jadi permasalahannya. Emang ada orang yang mau ngebikin fim tentang kisah remaja yang baik-baik dan lurus tanpa ada dilema ini itu?
Coba tanyakan pada diri sendiri, bagaimana masa remajamu. Apakah penuh dengan pemberontakan? Apakah penuh dengan penolakan terhadap keluarga? Empat serangkai mengatakan bahwa memang ada remaja yang mengalami pergolakan masa remaja, tapi jumlahnya cuma 20%, sedang sisanya, 80%, menjalani kehidupan remaja dengan normal.
Jadi, kamu masuk yang 20% ato yang 80%? :D

3. Hipnosis berguna untuk mengeluarkan kenangan akan kejadian yang terlupakan
Sumber: www.pasadofuturo.com
Hipnosis adalah proses dimana seseorang dalam keadaan tertidur dan diminta untuk mengingat kejadian yang tidak bisa kita ingat dalam keadaan sadar. Hipnosis biasanya digunakan dalam penyelidikan suatu kasus kriminal. Di kala sang korban merasa melihat samar-samar siapa pelaku namun tidak bisa mengingat segalanya, digunakanlah teknik ini. Apakah ini teknik yang bisa diandalkan dalam penyidikan kepolisian?
Kepercayaan bahwa hipnosis memiliki kekuatan khusus untuk membangkitkan kembali ingatan yang hilang tetap bertahan hingga kini. Bahkan, dalam survey yang dilakukan Empat Serangkai, 70% mahasiswa percaya bahwa hipnosis sangat berguna dalam membantu para saksi mata mengingat kembali rincian kejahatan. Tapi sebenarnya, sekarang pun para ahli jiwa forensik mengakui secara luas, bahwa hipnosis tidak berpengaruh terhadap ingatan. Dengan kata lain, ya kayak tebak-tebak manggis aja ngejawab pertanyaan yang diajukan dalam proses hipnosis. Kadang tebakannya akurat, kadang tidak akurat.
Dalam suatu kasus, Larry Mayes ditetapkan sebagai tersangka kasus pemerkosaan dan perampokan dengan dasar hipnosis yang dilakukan kepada korban. Setelah 21 tahun kemudian, Larry dinyatakan bebas karena tes DNA yang dilakukan menyatakan ia bukan tersangka. Ih, ngeri kan. 
Pantesan sampai sekarang ane kadang tanya, kenapa para koruptor itu gak di hipnosis aja? Ternyata gak ngaruh. Kalo pikiran bawah sadar mereka meminta untuk bohong, jawaban yang keluar juga kebohongan, walo udah dihipnosis Deddy Corbuzier sekalipun. XD

4. Sebagian besar penderita amnesia melupakan semua detail kehidupan mereka sebelumnya
Sumber: http://www.stepbystep.com
“Hah, dimana aku? “Siapa aku?” 
Yak, begitulah kira-kira adegan yang sering kamu lihat dalam sebuah film yang mengangkat tema amnesia. Seseorang tiba-tiba-tiba kehilangan ingatannya dan tidak bisa mengingat apa-apa sama sekali. Harus ane ingatkan, itu cuma ada di adegan film, gan!
Kasus amnesia yang kayak di film itu, namanya amnesia retrograd (kehilangan ingatakan akan masa lalu) memang ada, tapi kasusnya sangat jarang. Apalagi kalo tiba-tiba ada orang yang kagak kecelakaan, cuma ngerasa stress doang, pingsan, trus pas sadar diri tiba-tiba udah ngaku amnesia aja. Ada kemungkinan besar orang itu cuma bersandiwara.
Kasus amnesia yang paling sering terjadi –di dunia nyata- sebenarnya adalah amnesia anterograd (kehilangan ingatan akan informasi baru). Itu pun terjadi karena memang ada cedera kepala. Orang dengan kasus seperti ini, biasanya akan membaca majalah yang sama berkali-kali seolah ia belum pernah membacanya, akan kembali sedih setiap kali dokter memberitakan berita kematian pamannya, dan semacamnya. Contoh amnesia anterograd yang pernah ane liat ada di dorama Jepang Mr. Brain, episode dimana Satou Takeru berperan sebagai cowok yang amnesia itu. Nah, itu tuh ‘amnesia pasaran’ sebenarnya.
Satu lagi, harus diingatkan. Dalam film kadang ada adegan seseorang amnesia karena terantuk batu. Terus disaat lain waktu kembali terantuk batu, ingatannya kembali. Itu logika yang salah besar. Sebenarnya justru sebaliknya, kecelakaan yang kedua bisa-bisa membuat cedera di kepalanya semakin parah. Jadi jangan coba-coba eya.
Ah, pertanyaan terakhir. Pernah ketemu orang yang amnesia, gak? :)

5. Jika anda tidak yakin dengan jawaban anda ketika mengerjakan ujian, lebih baik ikuti firasat awal anda
Sumber: excellenceforcollege.com
Haha, ini adalah mitos para favorit buat agan-agan yang masih duduk di bangku sekolah atau jadi mahasiswa. Terutama dalam kasih soal pilihan ganda, tidak terhitung betapa seringnya kita merasa galau menentukan jawaban mana yang mesti dipilih. Untuk mengobati kegalauan kita, muncullah mitos yang satu ini: kalo ragu, lebih baik ikuti jawaban awal.
Apakah pernyataan itu benar? Empat serangkai mengatakan mitos itu salah besar. Justru sebenarnya, saat kita mengganti jawaban kita dengan jawaban lain, kemungkinan jawaban itu menjadi benar ketimbang salah adalah 3 berbanding 1. Tapi kenapa mitos itu muncul?
Jawabannya simpel. Praktisnya sih, kita lebih sering mengeluh ketimbang bersyukur. Kita lebih sering mengingat kesalahan ketimbang kebenaran. Contohnya begini, ada empat soal yang jawabannya kalian ganti. Tiga soal yang diganti jawabannya benar, tapi satu soal yang diganti ternyata jawabannya salah. Alih-laih bersyukur ada tiga nomor yang benar, otak agan pasti akan menyayangkan satu jawaban yang salah itu sambil terus berandai-andai agan tidak mengganti jawabannya. Begitulah kira-kira hingga mitos semacam ini pun terlahir. 
Intinya sih, kalo mau ujian ya belajar #plak

6. Orang bisa mempelajari informasi, seperti bahasa baru, saat tidur
Sumber: nocamels.com
Nah, ini merupakan mitos yang dulu ane percaya. Katanya sih, kalo waktu tidur kita sambil mendengarkan rekaman pelajaran ato semacamnya, maka hal itu akan tertanam di alam bawah sadar dan suatu saat (saatnya kapan?) bakal muncul ke permukaan. Apakah itu benar?
Well, kalo itu benar, mungkin sekolah sekarang udah sepi. Suruh aja anak-anak tidur di rumah sambil mendengarkan suara gurunya menjelaskan pelajaran sekolah. Ehe. Memang ada kasus yang ‘katanya’ sleep-learning itu berhasil. Tapi sekarang yang jadi pertanyaan adalah, apakah mereka beneran tidur ato malah terjaga sambil mendengarkan kaset itu?

7. Kebahagiaan sebagian besar ditentukan oleh situasi di luar diri kita
Sumber: mortylefkoe.com
Untuk mitos yang satu ini, ane memang dari awal sudah tidak setuju. Meski sampai sekarang ane masih demen baca buku-buku motivasi, pada akhirnya kita harus sadar bahwa yang menentukan kita bahagia atau tidak adalah kita sendiri, bukan buku atau semacamnya.
Meski begitu, yang namanya manusia, memang suka mencari alasan. Saat kita dipecat boss, saat kita diputus pacar, ato apapun hal lainnya yang membuat kita merasa tidak bahagia, tanpa sadar kita mulai menyalahkan ‘hal-hal luar’ tersebut sebagai penyebab kesedihan kita. Well, menurut Empat Serangkai, pendapat itu mungkin benar adanya. Namun, situasi hidup kita yang berubah-rubah itu hanya mempengaruhi kebahagiaan jangka pendek, bukan kebahagiaan jangka panjang. Seiring perjalanan waktu, kita pasti bisa menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kembali menata kebahagiaan hidup.
Lebih dari itu, kebahagiaan sebenarnya bergantung pada bagaimana kita menjalani hidup sebagaimana adanya. Benar, kan? ^0^

8. Sesuatu yang berbeda saling tertarik. Kita sangat tertarik kepada orang yang berbeda dengan kita dalam hubungan cinta.
Sumber: http://inlpcenter.org
Haha, ini juga nih, salah satu jalan cerita favorit para sutradara di dunia. Kisah si kaya dengan miskin, kisah si tomboy dengan si kalem, kisah si culun dengan si cantik, dan sebagainya. Intinya adalah, dua orang yang tampaknya begitu berbeda, tiba-tiba ditakdirkan menjadi sepasang kekasih.
Apakah itu benar? Lalu bagaimana dengan mitos yang mengatakan, ‘orang yang memiliki kesamaan akan berkumpul bersama.’ Mana di antara dua mitos ini yang benar?
Seorang ahli meminta 978 partisipan untuk menuliskan 10 sifat untuk tipe cowok/cewek kesukaan mereka, lalu kembali menuliskan 10 sifat mereka sendiri. Dan hasilnya, 10 sifat untuk tipe cowok/cewek yang mereka cari gak jauh beda dengan 10 sifat mereka sendiri. Jadi intinya adalah, saat seseorang mencari pasangan, biasanya ia akan mencari seseorang yang memiliki nilai yang sama dengan kita, bukan justru sebaliknya.
Meski begitu, definisi ‘berbeda’ disini harus digarisbawahi. Berbeda ‘jenis kelamin’ itu jelas (haha). Kemudian, walau kepribadian mungkin berbeda, bila nilai yang dianut sama, maka ada kemungkinan dua orang itu akan saling menarik. Intinya, inget kata orang kita dulu, “Orang baik dapet orang baik.” Gitu deh. XD

9. Sebagian orang sakit jiwa kejam
Sumber: wikimedia.org
Bagi yang suka nonton film barat dengan genre thriller begitu, pasti sering kan nemu tokoh orang gila yang kejam yang lari-lari dengan pisau mengacung ke sana kemari, membunuh sambil senyum menyeringai, dan sebagainya. Tapi apakah itu benar?
Sekali lagi, thanks to film, kita semua punya pendapat semacam itu gara-gara sering disuguhi tontonan tentang orang gila yang suka bawa pisau di balik bajunya. Padahal kenyataannya, sekitar 90% orang yang memiliki penyakit jiwa serius, tidak pernah melakukan tindakan kekerasan. Alih-alih, mereka malah bisa jadi korban tindakan kereasan, seperti perkosaan, pemukulan atau semacamnya. Iya sih, di depan rumah ane juga sering orang gila bolak-balik. Ya beliau santai aja, gak pernah lari-lari ngejar orang. Pengaruh film malah membuat kita berprasangka buruk pada orang-orang tak berdosa itu.

10. Semua terapi psikologi efektif memaksa orang menghadapi akar penyebab masalah mereka semasa kanak-kanak
Sumber: www.suggestkeyword.com
Apa yang ada dalam pikiran agan kalo mikirin terapi? Duduk nyaman di sebuah sofa, sambil memejamkan mata, mencoba menggali kenangan lebih dalam tentang masa lalu. Yah, setidaknya itulah yang ada di benak ane waktu mendengar istilah terapi. Ehe
Yang jadi masalah adalah, apakah perlu dalam menggali akar permasalahan kita, kita mencarinya di masa kanak-kanak kita? Padahal sebenarnya masalah yang kita lalui tidak selalu berhubungan dengan masa kanak-kanak, tapi masa yang kita hadapi sekarang. Alih-alih mau menyembuhkan, membongkar kenangan pahit masa kanak-kanak malah akan membuat klien jadi histeris sendiri. 
Karenanya, praktik semacam ini sudah jarang digunakan. Daripada mencoba membongkar kejadian pahit masa lalu, psikoterapi yang baik adalah psikoterapi yang mencoba membuat klien memikirkan masa sekarang dan depannya yang cerah. Saluut!

Nah, itu tadi 10 mitos yang ane pilihkan dari buku 50 Mitos Keliru dalam Psikologi. Sebenarnya masih ada 40 mitos lagi yak, tapi ada beberapa bagian yang ane juga kagak ngerti waktu ngebacanya. Hehe. Sebagian mitos bahkan masih saya percaya walo sudah membaca buku itu. Maksudnya adalah, sekarang giliran ane yang menganggap penjelasan Empat Serangkai itu sebagai mitos. Wkwk. Whatever lah. Yakini saya apapun yang menurutmu benar, selama tidak merugikan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar