Foto: Fotosearch
Ceritakan tentang diri Anda? Apa kelebihan dan kekuatan Anda? Mengapa kami harus menerima Anda bekerja di sini? Tiga pertanyaan wawancara kerja ini kerap membuat para pencari kerja terbata-bata atau bahkan terjebak dalam jawaban bohong, abstrak, klise, atau arogan, yang justru akan menjegal peluang mereka. Apa yang salah dan bagaimana seni ‘menjual diri’ yang bisa memenangkan hati calon pemberi kerja?
Kasusnya, kebanyakan orang akan terjebak untuk mengekspresikan jawaban mereka dengan kata sifat saat menerangkan kelebihan atau kekuatan mereka. “Saya pekerja keras”, “Saya bisa dipercaya”, “Saya teliti dan cermat”, “Saya seorang manajer yang baik”, dan masih banyak variasi jawaban lainnya. “Meski itu benar, semua kalimat di atas terdengar sebagai bentuk pujian terhadap diri yang tidak didukung oleh bukti,” ungkap Fransiska Atmadi, coach pengembang karier dan Direktur Pengembangan Bisnis MDI Tack International.
Dos
1. Calon pemberi kerja hanya tertarik pada apa yang bisa Anda lakukan. Menurut Siska, daripada memberikan poin-poin berupa kata sifat, lebih baik bercerita. Gambarkan ilustrasi kejadiannya, tantangan yang Anda hadapi, perasaan yang Anda alami, dan apa yang Anda lakukan untuk menyelesaikan tantangan situasi tersebut. Lalu, simpulkan pembelajaran dan pengembangan diri yang Anda dapat dari pengalaman itu. “Usahakan melalui cerita Anda itu mereka mendapat gambaran konkret tentang kontribusi yang bisa Anda berikan nantinya,” tekan Siska.
2. Anda bisa melatih jawaban dengan melanjutkan beberapa variasi kalimat awal, seperti, “Tantangan yang paling saya sukai adalah…”, “Saya paling bersemangat ketika menghadapi situasi di mana saya perlu…”, “Kepuasan diri terbesar saya adalah ketika saya mendapat…”, dan lainnya. “Apabila pencapaian Anda terkait hasil kerja tim, akuilah peran anggota tim lain dan jelaskan peran penting Anda dalam pencapaian prestasi tim tersebut,” tambah Siska.
3. Ingin terdengar lebih powerful? Anda bisa melakukannya dengan pemilihan kata dan penyampaian yang tepat, seperti, “Ketika krisis melanda keuangan kantor, saya berhasil membentuk tim kerja untuk mendesain ulang keuangan perusahaan dalam waktu kurang dari dua bulan. Saya bangga pada orang-orang pilihan saya dan saya bangga pada hasilnya.” Ungkapan kebanggaan terhadap pencapaian di masa lalu ini menjadi sangat kuat, karena mampu memberikan sugesti bahwa sukses yang sama akan terulang di masa depan.
4. Lagi-lagi, bukti lebih berbicara daripada janji. Pastikan Anda membawa serta resume atau portofolio, baik online maupun offline, yang mudah diakses saat wawancara berlangsung. “Cara ini juga menghindari sindrom ‘kecap no.1’. Tanpa perlu banyak bicara ‘menjual diri’, biarkan orang lain atau rekaman hasil kerja Anda yang bicara,” ujar Siska, menambahkan. Tentunya, pewawancara akan sangat tertarik apabila Anda bisa mempresentasikan buah profesionalisme Anda dalam sebuah media interaktif. Dibantu dengan sambungan internet cepat dan gadget pintar, hal ini tidak lagi menjadi soal.
Don'ts
1. “Ah, basi banget!” Jangan sampai kesimpulan ini yang terekam di benak pewawancara kerja tentang Anda. Apalagi, sampai mereka tahu bahwa Anda hanya membual atau omong besar. Sebab, mereka juga memiliki banyak koneksi dan relasi yang bisa mengecek kebenaran fakta dari tiap ucapan Anda saat wawancara. Salah-salah, nama Anda bisa masuk dalam blacklist calon karyawan!
2. Perlu Anda ingat, jangan tergoda mengakui keahlian atau kemampuan yang tidak benar-benar Anda kuasai dengan baik. Jangan pula terjebak pada konsep multitalenta, yang ternyata pada kenyataannya hanya bisa sedikit-sedikit. Sebab, ini tentu tidak bisa dibilang sebagai ahli. Kalaupun Anda memang menguasai beberapa kemampuan teknis, tapi tidak mendalam, ada baiknya Anda gunakan kata ‘familiar’. Misalnya, Anda familiar dengan beberapa fitur pada program Photoshop. Anda sering bekerja dengan program ini saat melakukan basic editing foto di dunia pekerjaan atau mungkin hobi fotografi Anda. Atau, Anda pernah mendapat pelatihan dasar teknis penggunaan Photoshop saat di dunia kerja. Dengan begitu, pewawancara mendapat gambaran sejauh mana kira-kira keterampilan Anda. (f)
Naomi Jayalaksana
http://www.femina.co.id/career/6-seni-menjual-diri-saat-wawancara-kerja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar