Foto: Pixabay
Lain di depan, lain pula di belakang. Saat di depan Anda atau rekan kerjanya, ia bisa memasang raut wajah manis penuh persahabatan. Tapi, di balik punggung, ia tega menebar fitnah kejam, yang bisa mengganggu atmosfer kerja. Ulahnya ini sering menjadi pemicu pecahnya konflik di lingkungan kerja.
Bawahan bermuka dua biasanya memang tak ragu menggunakan jalan pintas untuk memperoleh keinginannya. Antara lain, dengan menebarkan kabar miring yang bertujuan menjatuhkan kredibilitas seseorang di mata atasan. Curhatan rekan kerja dipakainya sebagai umpan untuk mengail masalah. Makin impulsif dan sensitif sang atasan, makin mudah pekerjaan si muka dua dalam melancarkan serangan black campaign-nya.
Solusi: Di sinilah kearifan Anda diuji. Sebagai atasan, Anda dituntut untuk lebih mengandalkan logika dan fakta di atas emosi. Untuk mendapatkan informasi berimbang, Anda perlu mendengar versi dari pihak terlapor. Lakukan juga klarifikasi terhadap pihak lain, yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan laporan yang masuk. Setelah semua fakta terkumpul, ada baiknya jika Anda mempertemukan kedua belah pihak, baik si pelapor maupun terlapor, untuk menguji hipotesis sementara Anda. Kondisi ini memang sangat tidak nyaman. Namun, justru pada kesempatan ini Anda bisa menangkap cerita tidak konsisten, yang biasanya akan ditunjukkan oleh si muka dua.
Khusus menghadapi karyawan seperti ini, Anda tak perlu ragu bertindak tegas. Berbekalkan bukti dan fakta yang valid, Anda bisa menjatuhkan ultimatum atau peringatan keras. Tekankan bahwa ulahnya bisa menimbulkan kericuhan dan mengakibatkan suasana kerja jadi tidak kondusif. (f)
Naomi Jayalaksana
http://www.femina.co.id/career/punya-rekan-kerja-yang-bermuka-dua-baca-ini